Pages

09 Oktober 2008

Peranan Hypnosis/ Hypnotherapy Dalam Motivasi Dan Empowerment

Melanjutkan tulisan terdahulu mengenai Efektifitas Hypnotherapy dalam proses penyembuhan, pada tulisan kali ini akan ditinjau mengenai motivasi dan pemberdayaan dari sisi hypnosis atau hypnotherapy.

Akhir-akhir ini banyak sekali pelatihan motivasi mulai dari Anthony Robbins yang terkenal dengan Fire Walking nya, Get Your AlphaPower yang diselenggarakan oleh Mind Technology, pelatihan NLP (Neuro Language Program) , Ari Ginanjar dengan ESQ nya, dari yang menggunakan pola pendekatan moderen sampai dengan spiritual religius, di mana semua pelatihan tersebut bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan pemberdayaan diri manusia.

Dan apa yang rata-rata diperoleh dari pelatihan tersebut? Meningkatnya rasa percaya diri, kita menjadi orang yang selalu berpikir positif, berpikir lebih bijak dalam menghadapi "kenyataan". Dapat menstimulasi diri sendiri untuk lebih 'kuat' dalam menghadapi situasi (apapun) yang mungkin tidak menguntungkan dengan cara yang lebih arif. Selain itu juga, mampu memberdayakan diri sendiri untuk menghadapi masalah penyakit medis dan non medis.

Tujuan umum dalam pembangkitkan motivasi dan empowerment (pemberdayaan diri) adalah agar terjadi suatu keselarasan atau kesimbangan pikiran, jiwa maupun mental dalam diri kita sehingga kita mampu mengimbangi situasi dan kondisi lingkungan sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku kita. 'Selaras', sehingga mental kita lebih kuat dan bijak dalam menyikapi masalah kehidupan sehari-hari. Kita dapat lebih tenang dalam berpikir maupun bertindak. Selalu berpikir positif. Meskipun dalam situasi lingkungan yang tidak mendukung, perilaku dan aktivitas kita tidak terganggu.

Mengenai motivasi itu sendiri secara bebas mungkin dapat dikatakan sebagai suatu 'iming-iming' atau sasaran yang membuat kita dengan segenap pikiran, jiwa dan raga kita akan berusaha apapun untuk medapatkan 'iming-iming' tersebut.

Setiap orang pasti mempunyai motivasi, positif maupun negatif, kecuali dia memiliki problem kejiwaan (sakit jiwa).

(Catatan terminologi untuk tulisan ini:
yang dimaksud dengan 'positif' adalah sesuai dengan kaidah, tatanan, etika yang berlaku umum saat itu, dan sesuai dengan ajaran-ajaran yang mengajarkan kebajikan seperti agama, budi pekerti dsb. Sedangkan yang dimaksud dengan 'negatif' adalah kebalikannya atau bertentangan dengan hal di atas)

Dalam suatu masalah perilaku atau mental (diluar aspek etika, keagamaan, budi pekerti dll.), asalkan dia mengerti motivasi sebenarnya dan dia melakukan tindakan sesuai motivasinya, maka orang ini tidak akan bermasalah secara kejiwaan ataupun mental.

Setiap masalah motivasi selalu dikaitkan dengan perilaku atau tindakan.

Ada empat kategori untuk hal itu:

Pertama:
Keadaan yang ideal. Kita mengetahui motivasi kita yang sebenarnya dan sehingga tindakan/ perilaku kita sesuai dengan motivasi kita.

("Saya tahu apa yang saya mau")
Contoh:
Seorang pegawai yang akhir-akhir ini selalu bekerja lembur karena termotivasi karena istrinya akan melahirkan anak pertama sehingga membutuhkan biaya persalinan. Si pegawai tidak bermasalah meskipun dia harus bekerja lembur, karena terbayang di pikirannya suatu kebahagiaan untuk memiliki anak pertama. Dia akan bekerja sukarela dan dengan senang hati. Orang-orang di sekelilingnya pun tidak ada masalah dengan dirinya.

Seorang mafioso melakukan pembunuhan dan perampokan di mana-mana, karena termotivasi untuk mendapatkan uang yang banyak dan kekuasaan. Sang mafioso juga tidak ada masalah dengan mental atau perilakunya, karena meskipun dia melakukan pembunuhan, motivasinya adalah berkuasa dengan cara seperti ini. Pada dasarnya dia memang menyukai hal itu. Jelas, dia tidak diterima oleh lingkungan, tetapi untuk lingkungan kecil atau kalangan bandit mungkin dia diterima.

Kedua:

Kita mengetahui motivasi kita yang sebenarnya namun oleh karena berbagai macam hal, tindakan/ perilaku kita tidak sesuai dengan motivasi kita, atau tindakan/ perilaku kita tidak sesuai dengan tatanan yang berlaku atau salah. (dalam bahasa jawa dikatakan 'nyeleneh').

("Saya tahu tetapi sulit")
Contoh:
Seorang remaja ingin bebas dari masalah tekanan dari orang tuanya maka dia melarikan diri ke narkoba agar masalahnya selesai. Motivasinya benar bahwa dia ingin bebas, namun tindakannya selah sehingga menyebabkan suatu permasalahan.

Seorang mencuri uang karena ingin membahagiakan istrinya. Sudah benar bahwa motivasinya ingin membahagiakan istri, namun tindakannya tidak benar.

Orang terpaksa bekerja di tempat yang menurutnya tidak sesuai dengan hati nuraninya Dia terpaksa melakukannya karena motivasi ekonomi.

Seseorang ingin menurunkan berat badan, tetapi tetap saja makan berlebihan.

Ketiga:

Kita tidak mengetahui motivasi kita yang sebenarnya. Yang kita pikirkan hanya proses tindakannya saja. Yang penting tindakannya tidak negatif.

("Saya dapat bertindak apa saja asalkan benar dan tidak negatif meskipun saya tidak tahu saya mau apa, pokoknya kerjakan saja" - untung-untungan)

Untuk kategori ini mungkin tidak akan menjadi masalah kalau dia merasa bahwa apapun yang terjadi memang demikianlah adanya (pasrah). Syukur-syukur kalau berhasil, tetapi kalau gagal memang demikian adanya terima saja.

Pada orang-orang tertentu mungkin tidak dapat seperti ini. Meskipun dimulut mengatakan bahwa kalau gagal memang demikian adanya, tetapi dalam hatinya bergejolak luar biasa.

Seperti anak ayam kehilangan induknya, dia akan menciap-ciap terus karena tidak tahu harus apa.

Kategori ini berpotensi untuk mengalami masalah perilaku yang muncul (biasanya terjadi belakangan) bila si pelaku mengalami guncangan emosional.

Contoh:

Seorang bersedia bekerja apapun meskipun dia harus kerja siang malam tanpa henti. Jika ditanyakan mengapa dia bekerja seperti itu, dia akan menjawab "Ya ..., entahlah, senang saja". Dia merasa tidak ada masalah dengan tindakannya karena hanya berorientasi pada proses tindakannya saja.

Sekarang bayangkan, jika suatu saat terjadi suatu pemutusan hubungan kerja di tempat kerjanya. Jika dia pasrah terhadap keadaan, maka perubahan apapun dalam lingkungan kerjanya tidak akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dan dia mungkin akan mencari pekerjaan lain.

Ternyata, tidak semua orang dapat pasrah dengan keadaan itu. Dia akan 'sakit', dimana perilakunya akan terganggu seperti menjadi stress, depresi atau masalah yang lainnya. Dia akan menjadi orang 'pesakitan'. Setiap waktu hanya mengeluh, mengeluh, dan mengeluh.

Bayangkan kalau dia tidak kuat menghadapi hal tersebut (ini kasus yang sering terjadi), secara penampilan mungkin tidak terlihat, tetapi mulai saat itu dia mulai terjangkit penyakit medis seperti diabetes atau darah tinggi dan sebagainya.

Keempat:

Kita tidak mengetahui motivasi kita sebenarnya sehingga tindakan/ perilaku kita pasti salah karena tidak sesuai dengan motivasi kita sebenarnya. Kalaupun terlihat tindakannya benar, sebenarnya hanya kamuflase saja karena belum tentu kita merasa benar-benar puas.

("Saya tidak tahu apa yang saya mau" - terlalu berandai-andai, berasumsi, dan 'untung-untungan')

Umumnya kategori ini juga berpotensi menimbulkan masalah baru sehingga membuat permasalahan yang tadinya sederhana menjadi lebih kompleks dan rumit.

Contoh:
Seseorang istri mengurangi makannya secara berlebihan supaya kurus karena dia beranggapan bahwa kalau makan banyak berarti tidak sehat. Setelah dilakukan terapi, ternyata motivasinya untuk kurus karena ingin menjadi pusat perhatian dengan bentuk badan yang baru.

Secara pribadi, orang dalam kategori pertama, baik secara jiwa, mental dan perilaku, sama sekali tidaklah bermasalah. Tidak peduli motivasinya positif atau negatif. Perbedaannya, jika dia motivasinya positif, dia akan diterima lingkungan. Sedangkan jika motivasinya negatif mungkin hanya diterima pada kalangan atau lingkungan tertentu saja tetapi dia tetap nyaman.

Demikian pula dalam hal medis. Seseorang yang secara medis terkena diabetes, dia tahu bahwa hidup ini harus dijalani apa adanya dan sadar bahwa manusia memang banyak cobaan. yang penting bagi dia adalah hidup berbahagia. Oleh karena dia tahu motivasinya ingin bahagia, dia tidak terlalu memikirkan diabetesnya. Dia berobat seperti biasa, dan perilakunya pun tidak terpengaruh. Dia tetap seperti biasanya, aktivitasnya normal-normal saja tanpa ada rasa stress atau depresi.

Pada kategori kedua, ketiga dan keempat inilah biasanya terjadi suatu masalah mental dan perilaku seperti contoh-contoh di atas. Sangat berbeda jika orang dalam contoh kasus di atas, seperti pada kategori tiga, dia mengetahui motivasi dia sebenarnya. Tentunya dia tidak perlu menjadi orang "pesakitan" yang tiap hari selalu mengeluh. Dia akan segera berpikir ke depan dan positif untuk berusaha yang lainnya dimana motivasinya adalah untuk hidup bahagia.

Lihat seperti contoh kasus yang muncul sejak tahun 1998, banyak sekali orang yang terkena PHK malahan dapat menjadi pengusaha yang sukses karena mempunyai motivasi positif yang jelas dan mampu memberdayakannya.

Apa yang mempengaruhi motivasi sehingga berakibat pada perilaku kita?

Situasi dan kondisi kota besar dan kemajuan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi suasana dan kondisi lingkungan sekitar kita. Secara langsung atau tidak, baik ataupun buruk, hal ini mempengaruhi mental dan perilaku kita. Akibatnya, mungkin saja secara tidak sadar motivasi jadi berubah, atau kita tidak sempat/ tidak mampu untuk memberdayakan motivasi kita yang sebenarnya. Sekarang, tergantung pada sikap kita sendiri, mampukah kita mengatasi/ mengimbanginya tanpa adanya perubahan mental dan perilaku karena kita tetap berpendirian teguh pada motivasi kita sebenarnya? atau “tune in” dalam lingkungan itu sehingga perilaku dan sikap kita tidak terganggu dalam menghadapinya meskipun kita tetap mengacu pada motivasi kita yang sebenarnya? atau kita dapat memandang hal itu dengan sikap bijak? atau kita hanyut dengan kondisi tersebut karena sudah tidak peduli dengan motivasi awal kita? atau kita tidak mampu mengimbangi dan selaras sehingga kita frustasi terhadap keadaan ini karena kita terlalu bersikukuh dengan motivasi kita sebenarnya?.

Banyak masalah-masalah mental dan perilaku yang muncul karena adanya pengaruh langsung maupun tidak langsung dari lingkungan sekeliling kita. Seseorang menjadi stress karena merasa tidak tepat berada di lingkungan kerjanya atau lingkungan tempat tinggalnya, tetapi dia tidak dapat melepaskan diri dari pekerjaannya karena adanya tuntutan ekonomi sehingga mau tidak mau dia harus berada di sana.

Mungkin masalah-masalah tersebut tidak terjadi jika kondisi kita berada dalam suatu lingkungan yang amat kondusif, sangat aman, tentram dan nyaman seperti pada suatu pedesaan yang tenang, aman, tentram seperti di cerita-cerita dongeng. Tetapi apakah kehidupan di era globalisasi, terutama di kota besar, dapat seperti itu? Manusia dituntut untuk saling bersaing bagaimanapun bentuk dan caranya, sehingga rasa cemas, rasa stress, atau depresi dapat muncul kapan saja.

Lalu harus bagaimana?

Apa yang terjadi bila tidak mampu untuk 'selaras' dengan lingkungan ? Dan bagaimana caranya agar 'selaras'?

Motivasi dan pemberdayaan diri sendiri menjadi modal utama. Dengan patokan ini kita berupaya agar kita tidak merasa tertekan, tidak merasa stress, atau tidak frustasi dalam menghadapi situasi lingkungan yang seperti itu, yang penuh dengan kompetisi (sehat maupun tidak sehat), sesuai atau tidak sesuai dengan hati nurani.

Kalau tidak mampu, maka kita menjadi “sakit” yang disebabkan oleh karena lingkungan itu sendiri.

Dan mungkin kita akan berkata 'lingkungan kita sangat ganas'. Tetapi dengan kemampuan kita selaras dengan lingkungan membuat kita seolah-olah merasa sudah 'menjinakkan' lingkungan tersebut sehingga mental dan perilaku kita tidak ada masalah.

Dalam hal ini, motivasi dan pemberdayaan diri ini menjadi penting dalam proses 'pencegahan dan penyembuhan' suatu “penyakit" perilaku dan mental. Dengan memiliki motivasi yang jelas (bagi diri sendiri) membuat kita menjadi bijak.

Dengan kepala dingin kita dapat menyelesaikan suatu masalah dengan lebih baik karena kita

dapat memilah antara mana yang efeknya akan merugikan dan menguntungkan diri kita, memilah mana yang negatif dan mana yang positif, baik atau buruk dan seterusnya sehingga kita dapat menentukan tindakan apa yang sesuai dengan diri dan motivasi kita.

Selain "penyakit perilaku dan mental", motivasi dan empowerment juga menjadi penting dalam hal proses penyembuhan suatu penyakit medis. Seperti telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya mengenai “Hypnotherapy sebagai alat bantu proses penyembuhan”, proses penyembuhan akan berjalan lancar jika motivasi untuk sembuh juga besar. Dengan kejelasan suatu motivasi, "Saya ingin sembuh dari penyakit ini karena saya termotivasi ingin membuat keluarga saya tetap bahagia", maka secara otomatis kita akan melakukan pemberdayaan diri sendiri untuk sembuh dan mencapai motivasi yang diharapkan.

Pertanyaan selanjutnya, “Bagaimana motivasi dan empowerment itu dibangkitkan lalu dipertahankan?”

Beberapa keluhan yang sering muncul adalah berasal dari kategori kedua, ketiga dan keempat diatas.

“Kepala saya pening terus. Saya ingin sembuh dan ingin aktivitas saya tidak terganggu oleh hal ini, saya sudah mencobanya tetapi sulit sekali”, “Saya ingin bebas dari masalah yang mengganggu aktivitas saya, namun sulit sekali”. Dan semakin sulit untuk mengatasinya, biasanya orang tersebut semakin frustasi, sehingga menimbulkan masalah yang lebih kompleks, bahkan bisa merambat ke arah penyakit medis seperti darah tinggi, asam urat, dan sebagainya.

Pada kasus lainnya, seseorang ingin menurunkan berat badan tetapi sulit sekali karena masih senang makan banyak. Umumnya dia sendiri tidak mengetahui apa motivasi sebenarnya (ini kasus yang sering muncul) yang membuat dia ingin menurunkan berat badan. Motivasinya telah tertutupi oleh keinginan makan yang banyak.

Memang, sangat mudah mengatakannya di mulut ‘”Saya ingin bebas dari masalah ini”, namun tindakannya tidak mencerminkan keinginan tersebut. Mencari pelarian dalam rangka membebaskan diri dari masalah tersebut mungkin dapat dilakukan, seperti makan yang berlebihan, narkoba, minuman keras, dan lain-lainnya. Tetapi perlu diperhatikan, pelarian tersebut belum tentu membebaskan dia dari masalah utamanya sehingga di lain waktu "penyakit" itu kambuh lagi. Selain itu juga berbahaya karena ditengarai kemungkinan timbulnya masalah baru yang menyebabkan permasalahan yang sebenarnya sederhana menjadi lebih kompleks.

Hal yang sering terjadi, dimulut bilang A di hati ternyata Z.

Berbeda dengan seseorang yang sangat jelas dan paham motivasi dirinya. Secara otomatis dia akan melakukan suatu pemberdayaan sedemikian rupa sehingga mencapai apa yang diinginkannya.

Seorang yang ingin menurunkan berat badan karena motivasinya ingin menyenangkan pasangannya. Secara otomatis, dia akan bertindak atau berperilaku apapun yang membuat pasangannya senang termasuk untuk menurunkan berat badannya.

Atau, seperti contoh kasus dalam kategori tiga di atas, jika orang tersebut mengerti bahwa misalkan motivasinya adalah ingin membahagiakan keluarganya, tentunya dia akan memberdayakan dirinya untuk segera mencari pekerjaan lainnya. Dapat kita lihat berapa contoh, banyak orang-orang yang malahan sukses setelah masa krisis tahun 1998.

Atau dalam hal medis, sesesorang atlit ingin segera sembuh dari penyakitnya saat ini, karena termotivasi bahwa bila dia sembuh akan dapat bertanding dalam suatu kejuaraan yang sudah lama dia idam-idamkan. Si atlet tentunya akan melakukan pemberdayaan sedemikian rupa, seperti melakukan latihan ringan yang dapat membantu mengobati penyakitnya, mengikuti saran dokternya dan sebagainya. Bayangkan kalau dia tidak termotivasi, mungkin si atlet akan malas melakukan hal itu semua.

Dalam hal sehari-hari, seorang anak rajin ke sekolah karena termotivasi untuk bertemu pacarnya di sekolah bukan untuk belajar.

Dan masih banyak lagi.

Sebenarnya, membangkitan motivasi dan memberdayakannya dapat dilakukan oleh kita sendiri kalau kita dapat berpikir jernih, pikiran kita sedang tenang maupun santai. Namun apakah kondisi lingkungan kita dapat membuat kita berpikir jernih dan tenang kalau setiap hari kita selalu diburu-buru oleh pekerjaan dan aktivitas kita? Tidak semua orang dapat melakukannya.

Dalam suatu proses hypnotherapy oleh seorang Hypnotherapist profesional, melalui teknik dan metoda tertentu, seorang klien diberikan terapi agar dia benar-benar 'clear' dengan motivasi dirinya yang sebenarnya. Dengan kejelasan motivasi ini, maka klien, tanpa perasaan kritis dan analitis dan tanpa perlu ragu, akan melakukan pemberdayaan diri dalam rangka mencapai motivasinya. Tingginya motivasi untuk menyelesaikan 'penyakit' atau masalah yang dimilikinya, membuat klien melakukan pemberdayaan sedemikian rupa sehingga proses 'penyembuhan' atau pemecahan masalahnya dapat berjalan lancar.

Selain memperjelas motivasi, seorang hypnotherapist dapat juga memberikan sudut pandang baru agar klien yang tadinya memiliki motivasi negatif bergeser sehingga memiliki motivasi baru yang positif dan memberikan pandangan mengenai nilai-nilai baru.

Seorang Hypnotherapist bukan seorang cenayang, ataupun peramal atau orang yang memiliki kesaktian yang dapat membangkitkan suatu motivasi dalam sekejap seperti tukang sulap dengan hanya membalikkan telapak tangan. Tidak semua hal dapat dilakukan seperti itu. Ingat, jiwa manusia sangat unik. Seperti telah disebutkan, tiap orang dapat saja bereaksi berbeda dalam suatu permasalahan yang persis sama. Dalam suatu pemberdayaan untuk mencapai suatu motivasipun, orang masih dapat berubah.

Bagaimana membangkitkan motivasi seorang klien sehingga dia melakukan pemberdayaan, merupakan tantangan tersendiri bagi seorang hypnotherapist (Proses ini disebut dengan proses 'hypno-therapeutic')

Dalam hal penyakit medis, seperti halnya yang telah dilakukan oleh para pakar hypnotherapist, proses therapeutic juga dapat mengurangi penyakit medis seorang klien secara berangsur. Klien dapat mengatasi masalah mentalnya dengan pikiran yang lebih jernih dan lebih positif.

Sebenarnya, metoda hypnotherapy seperti ini sudah dilakukan oleh pemuka-pemuka agama (seorang kyai atau ustad, seorang pendeta atau pastor, seorang bhiksu, maupun seorang konselor, dan sebagainya) dalam kegiatan-kegiatan mereka membangun nilai-nilai pekerti yang luhur. Tujuannya sama, meskipun pendekatan tekniknya berbeda, dimana mereka menggunakan penekanan religius spiritual, membimbing klien agar klien menyadari motivasi dirinya yang sebenarnya dan melakukan pemberdayaan sesuai motivasinya sesuai dengan nilai dasar yang dimiliki.

Seorang hypnotherapist profesional, meskipun dia bukan seorang konselor, bukan seorang psikiater, bukan seorang psikolog, bukan seorang dokter, ataupun bukan seorang pemuka agama, dia dapat melakukan hal serupa, karena biasanya hypnotherapist lebih memperhatikan proses therapy daripada 'content'. Perbedaannya bahwa dia tidak menanamkan nilai-nilai dasar baru kecuali ahlinya (dokter, psikolog, psikiater, konselor, pemukia agama). Tetapi, seperti disebutkan pada tulisan sebelumnya, AKAN LEBIH BAIK jika seorang hypnotherapist memahami hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan, spritual dan religius. Tentunya hal ini dapat dipelajari atau dapat juga melalui pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain. Pengalaman diri sendiri biasanya lebih efektif daripada hanya belajar karena adanya unsur rasa dan sentuhan emosional. Bagaimana dia dapat mengetahui masalah keluarga secara mendalam kalau dia sendiri belum pernah berkeluarga?

Demikian pula sebaliknya, apabila seorang pemuka agama, konselor, dokter, psikiater maupun psikolog dilengkapi dengan teknik-teknik hypnotherapy, tentunya akan lebih baik dan lebih efektif lagi dalam menjalankan kegiatannya. Mereka sudah memiliki dasar pengetahuan mengenai nilai-nilai sehingga tinggal cara menanamkan nilai-nilai tadi kepada kliennya dengan lebih efektif.

Namun, TIDAK PERLU KHAWATIR, meskipun sebagai seorang hypnotherapist anda bukan seorang dokter, psikiater, psikolog, konselor, maupun seorang pemuka agama, anda tetap dapat melakukannya. Setiap klien mempunyai nilai dasar, karakter dan sistem kepercayaan yang berbeda, dan kita bukanlah manusia super yang mampu menyelesaikan segalanya. Oleh karena itu seorang hypnotherapist dapat bekerjasama dengan mereka (psikiater, psikolog, dokter, konselor, pemuka agama, dll) untuk menyelesaikan suatu permasalahan klien. Demikian pula sebaliknya.

Di luar negeri, seperti di Eropa dan Amerika, sudah merupakan suatu hal biasa bila seorang hypnotherapist saling memberikan rujukan atas suatu permasalahan klien dengan seorang psikolog, psikiater ataupun yang lainnya. Karena pada dasarnya suatu pengobatan belum tentu dapat ditangani hanya oleh satu orang, kecuali dia orang yang sangat hebat sekali.

Dari sini terlihat bahwa aplikasi hypnotherapy sangatlah luas dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari untuk membangkitkan motivasi dan memberdayakan diri. Tulisan ini hanya menjelaskan sebagian kecil peranan hypnotherapy. Masih banyak lagi fungsi yang lain dari hypnosis/hypnotherapy, seperti dalam aspek manajemen, komunikasi, pemasaran/ promosi, perusahaan, hukum, rumah tangga, dan lain-lain.

Dengan melihat hal ini, apakah kita masih mempunyai pandangan bahwa hypnosis atau hypnotherapy adalah jelek, buruk atau berbahaya.....????

Ditulis dari berbagai sumber dan pengalaman oleh:
NSK NUGROHO, MCH, CHt, CH, CHI
Hypnotist - Hypnotherapist
Member and Certified Master of Clinical Hypnotherapy & Certified Hypnotherapist of IACT (International Association of Counselors and Therapists) -USA & Institute for Neuro-Research and Education, New York.
Member and Certified Hypnotists of NGH (National Guild of Hypnotists)-USA
Member of Achievement Center New York
Member and Certified Hypnosis Instructor of IBH (The Indonesian Board of Hypnotherapy)
Mail: nnsk@dnet.net.id , atau nsknugroho@yahoo.com
Web: http://www.nsknugroho.com

Success is a Journey

Oleh : Adi W. Gunawan

The Ultimate success is the journey to the center of self to manifest the I
-Adi W. Gunawan


Weekend kemarin saya berbicara di forum IMC (Indonesia Millionaire Club) di Jakarta. Satu kebahagiaan tersendiri saat bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai esensi transformasi diri kepada sekitar 500 peserta yang sangat antusias mendengar uraian saya.

Salah satu pertanyaan yang saya ajukan pada peserta adalah, ?Mengapa kecepatan pencapaian keberhasilan setiap orang berbeda? Padahal mereka membaca buku yang sama, datang ke seminar yang sama, mendengarkan kaset motivasi yang sama, menonton video seminar yang sama, konsultasi pada pakar yang sama, dan menetapkan target yang sama??

Pembaca, anda mungkin juga akan mengajukan pertanyaan yang sama saat melihat kawan anda berkembang jauh lebih cepat dari diri anda. Padahal resource yang digunakan semuanya sama. Mengapa bisa terjadi seperti ini?

Pernahkah anda sendiri mengalami atau melihat kawan anda yang sekian lama berusaha namun belum juga berhasil. Namun pada suatu saat, secara tiba-tiba dan ajaib, anda atau kawan anda langsung melejit ke puncak tangga sukses. Seakan-akan sukses itu begitu mudah dicapai. Pernah mengalami atau melihat kawan yang seperti ini?

Banyak orang datang ke seminar atau membaca buku dengan harapan bisa segera sukses. Saya juga demikian, dulunya. Saya sangat berharap agar begitu selesai menghadiri suatu seminar saya langsung ?berubah? dan langsung bisa sukses. Hmm.... ternyata hidup tidak seperti ini. Semua butuh proses. Semua ada waktunya. Ada hukum alam yang dinamakan dengan Hukum Proses. Sukses tidak semudah membalik telapak tangan namun juga semudah membalik telapak tangan.

Bagi anda yang kritis anda pasti akan berkata, ?Pak, pernyataan anda di atas mencerminkan belief system anda mengenai sukses. Karena pada level yang lebih dalam (deep structure) ada konflik dalam diri anda. Yang satu mengatakan bahwa sukses itu tidak mudah sedangkan satu bagian lagi mengatakan sukses itu mudah. Pernyataan anda bersifat paradoks atau saling bertentangan?.

Wah, anda sudah semakin ciamik dan lihay menganalisis tulisan saya. Jangan khawatir, saya tidak mengalami inner conflict. Uraian saya di bawah ini akan menjelaskan semuanya.

Apa maksud saya dengan sukses tidak semudah membalik telapak tangan dan semudah membalik telapak tangan?

Saya misalkan sukses itu sebagai garis bilangan yang diletakkan secara vertikal. Titik start adalah di angka 0 (nol) dan angka 10 adalah sukses. Nah, kebanyakan dari kita tidak menyadari atau tidak tahu di mana posisi kita saat kita memulai proses perjalanan, secara sadar, untuk menuju sukses.

Jika kita memulai perjalanan dari titik 0 (nol) maka sukses tidak terlalu sulit untuk dicapai. Apalagi bila kita memulai dari angka 2 atau 3. Semakin ke atas, angkanya, maka semakin mudah kita untuk sukses. Mengapa bisa begini? Karena secara mental, emosional, dan psikis kita siap. Sampai di sini saya belum bicara aspek spiritual, lho. Sukses akan semakin mudah dicapai apabila kita memasukkan variabel spiritual ke dalam proses pencapaian. Anda bisa lihat hubungan tulisan ini dengan artikel saya sebelumnya?

Lalu bagaimana dengan orang yang telah berusaha keras namun kok nggak juga bisa berhasil? Saya koreksi ya pernyataan di atas. Yang benar bukan ?nggak bisa? tapi ?belum bisa?.

Banyak orang yang, karena salah programming sebagai akibat dari proses pendidikan, pengajaran, pengasuhan, pengembangan sikap, cara berpikir, mental, dan emosional yang salah, memulai proses pendakian tangga keberhasilan bukan dari titik 0 (nol) atau pada angka yang positif, misalnya 1,2,3 atau 4.

Umumnya mereka memulai proses perjalanan sukses dari titik di bawah angka nol atau minus. Bisa dari -2, -3, -4, atau bahkan ? 10. Hal ini menjawab mengapa ada begitu banyak orang yang telah berusaha keras namun kok belum sukses.

Sebenarnya mereka telah mulai merealisasikan sukses dalam diri mereka. Mereka mulai bergerak dari titik minus ke titik nol, titik awal sukses yang sesungguhnya, titik yang menjadi base line atau ground zero keberhasilan. Sudah tentu dibutuhkan upaya keras untuk bisa naik ke titik nol.

Apa yang saya uraikan di atas merupakan intisari dari pepatah indah dalam bahasa Inggris yang berbunyi ?Winners never quit and quitters never win?. Orang gagal bukan karena mereka tidak bisa sukses namun karena mereka berhenti mencoba. Mereka merasa tidak mencapai hasil apapun. Padahal proses transformasi diri sedang berlangsung dalam diri mereka.

Pertanyaannya sekarang adalah apa sih sebenarnya yang membuat seseorang berada di daerah minus, di bawah titik nol?

Dalam berbagai kesempatan saya sering bicara tentang program pikiran yang salah, mental block, pengalaman negatif yang traumatik, belief system dan value yang menghambat pencapaian prestasi, asumsi sukses yang salah, emosi-emosi negatif, dan masih banyak lagi. Sebenarnya yang saya sampaikan pada berbagai kesempatan itu merujuk pada satu hal yang sama yaitu ?sesuatu? yang menghambat pencapaian tujuan. Singkat kata, program-program pikiran yang menghambat pencapaian prestasi hidup.

Sekarang coba anda perhatikan apa yang saya tulis pada artikel sebelumnya ?Energi Psikis Sebagai Akselerator Keberhasilan?. Biar mudah, berikut saya kutipkan jenis emosi yang berada di bawah baseline keberanian/courage (200). Emosi-emosi itu adalah rasa malu/shame (20), rasa bersalah/guilt (30), apatis/apathy (50), kesedihan mendalam/grief (75), takut/fear (100), keinginan/desire (125), marah/anger (150), bangga/pride (175).

Agar anda mudah memahami maksud saya maka saya akan memberikan contoh ekstrim, yang memang benar-benar terjadi pada diri seorang wanita, sebut saja Ani. Ani merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya. Ia merasa sangat sulit untuk berkembang walaupun telah berusaha keras. Apa sih yang menghambat diri Ani dalam mencapai sukses?

Melalui proses terapi yang intens akhirnya ditemukan bahwa Ani, pada masa kecilnya, mengalami sexually abused. Emosi negatif dari pengalaman yang sangat traumatik ini muncul dalam bentuk perasaan malu, perasaan bersalah, perasaan diri tidak berharga, perasaan takut, insecurity, sedih, marah, keinginan untuk membalas dendam namun tidak berdaya. Jika anda lihat skala pada Peta Kesadaran di atas maka semua emosi negatif ini berada di bawah base line courage/keberanian.

Ani berada jauh di bawah titik nol. Entah minus berapa. Mungkin bisa minus 50 atau bahkan minus 100. Tidak ada cara lain untuk bisa membantu Ani segera naik ke titik nol kecuali melalui terapi yang intensif. Ani, bila tidak diterapi secara benar sehingga semua beban emosi dari pengalaman traumatik ini bisa di-release total, tidak mungkin akan bisa berhasil dalam hidupnya. Semua emosi negatif ini menjadi excess baggage atau beban yang selalu ia bawa dalam hidupnya.

Apa akibat pengalaman traumatik ini pada perilaku keseharian Ani? Ani adalah orang yang rendah diri, pemalu, tidak percaya diri, tidak berani bergaul, jarang keluar rumah, hampir tidak punya teman, tidak punya kawan pria padahal usianya sudah lebih dari 35 tahun, merasakan hidupnya hampa, tidak antusias, merasa dirinya ?kotor?, dan tidak berani bila harus mengambil sikap tegas dan keras. Dengan kondisi seperti ini kira-kira kalau hanya ikut seminar dan baca buku apakah Ani bisa berubah dengan cepat?

Sekarang anda jelas dengan maksud saya? Kalau mental block seseorang tidak terlalu berat maka cukup dengan sering membaca buku, konsultasi, mendengar kaset, ke seminar, bersikap yakin, dan membentuk kebiasaan baru secara sadar, maka block ini pasti dapat diatasi. Kita, secara perlahan tapi pasti, mulai naik dari titik minus ke titik nol.

Saya menerima banyak email dan sms dari para pembaca buku dan artikel saya. Pada umumnya mereka meminta saya membantu membereskan mental block mereka agar mereka bisa segera sukses, menjadi money magnet. Saya hanya bisa memberikan jawaban bahwa sukses adalah suatu perjalanan dan membutuhkan proses. Semua bergantung pada titik start setiap orang.

Malah ada juga peserta workshop saya yang bertanya, ?Pak, kalau saya ikut workshop yang Pak Adi selenggarakan, apakah Bapak berani memberikan jaminan bahwa saya pasti bisa sukses? Apakah ada ?money back guarantee?? Apakah Bapak berani memberikan jaminan bahwa workshop Pak Adi akan mampu merevolusi kondisi finansial saya??

Saya tidak bisa memberikan janji bahwa workshop saya mampu merevolusi kondisi finansial anda. Mengapa? Apakah saya tidak yakin dengan program yang saya buat? Oh, sudah tentu saya sangat yakin akan kedahsyatan program yang saya buat. Namun, sama seperti saat saya menerima klien untuk terapi, saya tidak pernah menjanjikan kesembuhan. Saya hanya sebagai Re-Educator dan Mind Navigator. Saya me-reedukasi pikiran bawah sadar klien dan hanya menunjukkan jalan. Klien atau peserta workshop yang harus melakukan kerjanya.

Benar, memang ada banyak peserta yang begitu selesai workshop bisa langsung mengalami peningkatan finansial secara dramatis. Sebaliknya ada juga yang mengakui bahwa secara finansial mereka belum mencapai hasil yang mereka inginkan. Mengapa bisa begini? Ya itu tadi. Titik start setiap orang tidak sama.

Namun satu hal yang pasti adalah mereka semua mengalami proses transformasi diri yang luar biasa. Bahkan ada yang mengalami peningkatan spiritual yang sangat menakjubkan.

Saya berani menggaransi bahwa apa yang saya ajarkan di workshop pasti mampu membantu anda melakukan transformasi diri. Namun satu hal yang saya tidak berani garansi adalah anda bersedia menjalankan apa yang saya ajarkan di workshop. Mengapa saya bisa berkata demikian? Pengalaman saya membuktikan bahwa tidak semua orang siap untuk berubah. Banyak yang tidak bersedia mencoba hal-hal baru, yang diajarkan di workshop, karena mereka merasa yang saya ajarkan berbeda dengan apa yang telah mereka pelajari, ketahui, dan jalani selama ini.

Saya perlu mengungkapkan hal ini dengan jujur dan apa adanya. Saya melihat proses perubahan diri dari sudut pandang seorang terapis, bukan sekedar seorang motivator. Saya ingin anda, para pembaca, menyadari bahwa semua membutuhkan proses. Semua yang terlihat instan sebenarnya adalah akibat atau hasil dari suatu proses yang panjang.

Dari pengalaman saya menangani cukup banyak klien dan dari berbagai literatur yang saya pelajari, khususnya yang berhubungan dengan terapi dan transformasi diri, saya sampai pada satu kesimpulan dan keyakinan bahwa semua program pelatihan, apabila hanya bermain pada level pikiran sadar, maka impact atau pengaruh program itu dalam memfasilitasi proses perubahan dalam diri seseorang akan sangat minim.

Program pelatihan yang benar-benar cespleng, meminjam istilah sobat saya mas Edy Zaqeus, adalah program yang dirancang untuk mampu memfasilitasi proses transformasi diri pada dua level sekaligus yaitu pada level sadar (conscious) dan bawah sadar (subconscious).
Carl Jung dengan sangat gamblang menjelaskan esensi perubahan diri hanya dalam satu kalimat saat ia berkata, "Until you make the unconscious conscious, it will direct your life and you will call it fate."

Becoming The Real Success

Oleh : Adi W. Gunawan

Try not to become a man of success but rather try to become a man of value
Albert Einstein

Barusan saya menerima telpon dari seorang pembaca buku Manage Your Mind for Success. Pak Budi, sebut saja begitu, bertanya mengenai jadwal seminar publik yang akan saya lakukan dalam waktu dekat. Setelah berbincang beberapa saat saya mendengar keluhan, ?Pak, saya merasa diri saya gagal. Bagaimana caranya agar bisa cepat sukses??.

?Pak, yang pertama saya ingin sampaikan adalah saya salut dan bangga karena mengenal Bapak. Bapak adalah orang sukses?, jawab saya. ?Pak Adi bercanda ya? Lha, saya yang merasa gagal kok malah dikatakan sebagai orang sukses?, tanyanya lagi dengan sedikit bingung.

?Begini ya Pak. Tidak ada yang namanya kegagalan. Bapak sejak lahir telah menjadi orang sukses. Sukses ada dua macam. Sukses mencapai keberhasilan dan sukses mencapai ketidak-berhasilan, yang oleh kebanyakan orang disebut sebagai kegagalan?, jawab saya sedikit filosofis. ?Apa maksudnya? Kok saya baru dengar kalau ada namanya sukses mencapai ketidak-berhasilan atau kegagalan ??, tanyanya dengan penasaran.

Mungkin anda juga bingung membaca uraian di atas. Sebelum saya meneruskan cerita saya, kita perlu sepakat mengenai satu hal. Semua orang adalah orang sukses. Bedanya adalah ada yang sukses dalam mendapatkan atau mencapai apa yang ia inginkan. Dan ada yang sukses untuk tidak mencapai apa yang ia inginkan. Jadi, dengan kata lain, apapun yang kita capai, baik itu yang positip maupun yang ?negatip? sebenarnya adalah cermin keberhasilan kita.

Untuk menjawab pertanyaan Pak Budi saya lalu menceritakan mengenai cara kerja pikiran. Hal yang sama juga saya jelaskan saat menjawab email seorang Ibu dari Bandung, yang juga telah membaca buku-buku yang saya tulis. Ibu ini penasaran mengapa dalam lima buku yang saya tulis, saya selalu menekankan pentingnya memahami cara kerja pikiran.

Lalu, dari manakah sumber sukses atau gagal ? Semua bergantung pada skenario drama kehidupan (life script) yang berawal sejak kita dilahirkan. Bahkan ada pakar yang mengatakan bahwa bayi yang berada di dalam kandungan seorang ibu juga dapat mengalami ?programming?.

Seorang bayi hanya lahir hanya dengan dua rasa takut yaitu takut jatuh dan takut suara yang keras. Semua ketakutan lainnya, misalnya takut air, takut ketinggian, takut tikus, takut kecoa, takut sukses, takut gagal, takut matematika, takut ini, takut itu, adalah hasil pembelajaran. Sejak hari pertama kita dilahirkan, pikiran kita telah diprogram atau dikondisikan. Kita secara konsisten berinteraksi dengan orangtua, kawan, guru, rekan sebaya, dan siapa saja. Kita mengadopsi, secara sadar maupun tidak sadar, sistem kepercayaan, nilai-nilai hidup, keterbatasan dan gaya hidup mereka untuk kita pakai sebagai model dalam membentuk diri kita.

Dalam masa pertumbuhan, khusus usia 0 ? 7 tahun, kita menyerap apa saja ke dalam pikiran kita. Pada saat ini kita belum mempunyai informasi atau data-base yang dapat digunakan sebagai pembanding. Kita tidak tahu apakah yang kita serap itu adalah hal yang baik atau buruk, bermanfaat atau justru merugikan diri kita. Saat ini, pikiran kita berlaku seperti sepon yang sangat ?rakus? menyerap informasi apa saja yang ada di sekitar kita.

Setiap orang mencapai goal yang telah mereka tetapkan dan program ke dalam pikiran bawah sadarnya. Saat kita ?gagal? maka yang terjadi adalah kita berhasil, secara konsisten, mewujudkan program mental kita.

Anda pasti akan bertanya, ?Pak, kalau orang yang hidupnya miskin, nggak punya uang, apakah ini berarti mereka berhasil mencapai goal mereka? Bukankah ini tidak masuk akal? Mana ada orang yang mau hidup susah? Mana ada yang goalnya adalah hidup susah??

Orang yang hidupnya susah biasanya mempunyai program finansial yang salah. Salah dua pertanyaan penting yang selalu saya ajukan pada orang yang mengalami kesulitan finansial adalah, ?Apa perasaan anda mengenai uang??, ?Apa arti uang bagi hidup anda??. Dari jawaban mereka saya bisa tahu program mental yang mengendalikan kondisi keuangannya. Yang miskin biasanya menjawab, ?Uang adalah akar segala kejahatan. Orang kaya itu orang jahat. Orang kaya adalah orang yang suka memanfaatkan orang lain?.

Jawaban di atas menjelaskan mengapa orang itu tidak bisa berhasil secara finansial. Dia telah memutuskan, dengan program mental ini, untuk hidup miskin. Mengapa ? Karena ia tidak mau jadi orang kaya dan banyak uang. Orang kaya adalah orang jahat. Orang yang punya banyak uang adalah orang jahat. Program pikiran ini mengendalikan setiap aspek kehidupan finansialnya. Yang lebih parah lagi adalah ada orang yang sangat yakin bahwa orang miskin lebih mudah masuk surga daripada orang kaya. Sekarang anda jelas dengan maksud saya?

Seorang wanita, sebut saja Joan, 35 tahun, yang mengalami kesulitan keuangan, mendatangi seorang terapis untuk membantunya. Joan mempunyai penghasilan USD 200 per minggu. Sudah tentu income ini , untuk ukuran di Amerika, sangat sedikit jumlahnya. Selidik punya selidik, ternyata saat Joan masih kecil, berusia 7 tahun, ia begitu kagum pada ayahnya. Ayahnya mempunyai income USD 10.000 per tahun. Saat itu ia memutuskan akan menjadi seperti ayahnya.

Apa yang terjadi? Benar, ia berhasil mencapai income seperti ayahnya. Dalam 1 tahun ia mendapat sekitar USD 10.000. Hanya saja Joan tidak tahu, pada saat ia membuat keputusan itu, yaitu saat masih beusia 7 tahun, bahwa nilai uang berubah sejalan dengan waktu. Jumlah USD 10.000 sangat besar pada saat ia berusia 7 tahun. Namun jumlah yang sama mempunyai nilai yang jauh lebih kecil saat ia berusia 35 tahun. Goal ini ia tetapkan saat ia masih berusia 7 tahun dan ia berhasil mewujudkan impiannya.

Contoh lain adalah tentang Ani. Saat di kelas 1 SD Ani pernah mendapat masalah. Saat itu Ani mengerjakan ujian. Pada lembar soal tertulis, ?Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jawaban singkat dan jelas?. Setelah membaca dengan saksama perintahnya Ani menjawab semua pertanyaan dengan jawaban, ?Singkat dan jelas?. Maksudnya, Ani menjawab soal no 1 dengan jawaban ?Singkat dan jelas?. Jawaban no 2 ?Singkat dan jelas?. Demikian seterusnya.

Gurunya Ani marah besar dan memberikan nilai nol. Orangtua Ani dipanggil ke sekolah. Pihak sekolah kemudian meminta orangtua Ani untuk membawa Ani ke psikolog karena si Ani dianggap bermasalah.

Dengan patuh orangtua Ani membawanya menghadap seorang psikolog untuk ?memperbaiki? Ani. Ternyata psikolog ini berhasil meyakinkan Ani bahwa Ani adalah anak yang pintar. Ani sama sekali tidak ada masalah.

Ani sangat terkesan dengan keramahan dan kebaikan psikolog ini. Saat itu Ani memutuskan bahwa kalau nanti ia besar, ia ingin menjadi seperti psikolog ini. Goal ini Ani tetapkan saat ia masih kelas 1 SD. Apa yang terjadi? Ani saat ini adalah seorang Doktor (S3) psikologi di salah satu universitas ternama di Jogja. Luar biasa bukan?

Oh ya, kalau anda jadi gurunya si Ani, berapa nilai yang akan anda berikan kepada Ani? Kalau saya, saya akan berikan nilai 100 (seratus) buat Ani. Ani sebenarnya telah menjawab dengan benar semua pertanyaan. Bukankah gurunya meminta murid untuk menjawab semua pertanyaan dengan jawaban ?Singkat dan jelas??

Setelah sadar bahwa semua adalah hasil dari program pikiran, yang sebenarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran (learn) , maka kita dapat secara sadar memprogram ulang (unlearn and relearn) pikiran kita.
Kita harus secara sadar memutuskan apa yang ingin kita capai. Saat kita secara sadar memutuskan apa impian kita yang sesungguhnya saat itulah kita memutuskan untuk menjadi The Real Success atau Sukses Sejati. Jadi, kita benar-benar mencapai apa yang kita inginkan dan bukannya mencapai apa yang tidak kita inginkan.

Sumber : Adi Gunawan

TV KUNO "TEKNIK MENGHAPUS PENGALAMAN BURUK MASA LALU"

09 April 2007
Krishnamurti



"Bagaimana menghilangkan pengalaman buruk masa lalu yang kadang sering muncul sendiri tanpa diundang?" demikian pertanyaan seorang peserta training dari Surabaya via SMS. Saya balas: "Baiklah akan saya jawab melalui artikel di www.PortalNLP.com agar banyak orang bisa memanfaatkan teknik sederhana ini juga"

Demikian awal cerita dari tulisan ini yang saya sebut saja teknik TV Kuno. Mengapa TV Kuno? Agar Anda mudah mengingat teknik ini karena dengan membayangkan TV Kuno maka akan tergambar dalam benak Anda adalah TV berwarna hitam putih dengan tombol-tombol yang berfungsi untuk menyetel suara ataupun gambar. Dan, otak kitapun bekerja seperti TV Kuno tersebut.


Sebenarnya pengalaman masa lalu atau memori tidaklah buruk atau baik. Kita memberinya label atau judul akan "rasa" pada pengalaman tersebut sebagai pengalaman buruk jika kita merasa sedih, kecewa, marah, trauma dkk terhadap pengalaman itu dan kita "emoh" memutar atau mengingat kembali memori ini. Dan, pengalaman masa lalu kita katakan baik jika kita merasa senang, nyaman, gembira atau apapun namanya terhadap pengalaman itu dan kita suka memutar kembali film memori ini karena bisa menimbulkan rasa senang, nyaman dan mungkin juga indah saat ini juga walau kejadiannya sudah puluhan tahun lalu.


Baiklah, namanya juga manusia umumnya kita tidak suka menyimpan kenangan yang kita anggap buruk dan marilah kita "singkirkan" pengalaman buruk masa lalu itu. Dan, mari kita bermain-main dengan "rasa" dari pengalaman masa lalu tersebut.


Berikut beberapa cara atau metode NLP yang saya sebut TV Kuno (pilih cara mana yang pas untuk Anda):


1. Teknik Warna hitam putih.

a. Tenangkan dahulu sejenak diri Anda, boleh pejamkan mata jika dirasa perlu.

b. Bayangkan diri Anda sedang nonton TV Kuno dan munculkan di layar TV gambar memori masa lalu yang Anda ingin hapus

c. Perlahan-lahan rubah warna gambar di TV tersebut menjadi warna hitam putih.

d. Setelah menjadi warna hitam putih, buatlah gambarnya menjadi kabur.

Buatlah lebih kabur, lebih kabur sampai tidak terlihat dengan jelas.

Boleh juga Anda buat gambar tersebut sampai menjadi warna putih.

e. Lalu, amati apa yang Anda rasakan saat ini.

f. Boleh juga tarik nafas perlahan, hembuskan sampai terasa nyaman.


2. Teknik Dijauhkan.

a. Lakukan langkah-langkah 1a sd 1c

b. Jauhkan TV tersebut dari Anda sejauh yang Anda inginkan, sampai TV tersebut hilang dari pandangan Anda.

c. Lakukan langkah 1e dan 1f.


3. Teknik Mengecilkan.

a. Lakukan langkah-langkah 1a sd 1c

b. Lalu matikan TV Anda perlahan-lahan sampai hanya tertinggal satu titik hitam dan lenyap.

c. Lakukan langkah 1e dan 1f.


Ada ide lain dari teknik ini adalah sbb:

a. Berdiri menghadap dinding (usahakan dinding warna putih)

b. Munculkan memori masa lalu yang ingin dihapus dan bayangkan memori tersebut menempel di dinding.

c. Lalu, buatlah gambar tersebut mengecil sampai menjadi titik dan lenyap dari pandangan Anda.

d. Lakukan langkah 1e dan 1f


4. Teknik Perlahankan Suara TV Kuno

a. Lakukan langkah-langkah 1a sd 1c

b. Amati suara yang muncul dari rekaman memori itu.

c. Jika suara masa lalu itulah yang membuat Anda tidak nyaman, maka kecilkan perlahan-lahan suara memori itu sehingga menjadi lebih lambat dan terdengar lebih pelan, terus kecilkan suara memori itu sehingga terdengar makin lebih lambaat, lebih pelaan, lebih lambaaat, lebih pelaaan sampai tidak terdengar suara apapun.

d. Lakukan langkah 1e dan 1f


5. Teknik Santai Depan TV Kuno

a. Bayangkan Anda duduk di sofa empuk Anda di depan TV.

b. Lakukan langkah-langkah 1a sd 1c

c. Amati rasa yang muncul dari dalam diri Anda saat menonton kembali memori tersebut. Rasakan dimana rasa tidak nyaman tersebut muncul dalam tubuh Anda.

d. Perlahan-lahan pindahkan rasa tidak nyaman itu ke ubun-ubun kepala.

e. Tarik rasa tidak nyaman itu keluar dari ubun-ubun kepala Anda, biarkan melayang sampai menghilang ke angkasa. Terus lakukan sampai Anda terasa ringan.

f. Lakukan langkah 1e dan 1f


Demikian beberapa teknik kuno NLP yang mungkin masih cukup efektif untuk dilakukan saat Anda memerlukannya. Siapa tahu masih berguna.


Krishnamurti

DZIKIR "MODEL TERAPI ISLAMI AMPUH DAHSYAT & AMAN"

15 April 2007
Krishnamurti



(Versi 3. Artikel model terapi Dzikir ini akan terus saya update sesuai masukan tambahan dari berbagai sumber)

Pengalaman sebagai relawan untuk korban Tsunami Aceh di Medan akhir tahun 2004 lalu dan bermodalkan hanya NIAT tulus ingin berbuat sesuatu untuk saudara-saudaraku yang sedang mengalami bencana, akhirnya saya dan kawan-kawan diberikan hikmat pengetahuan oleh Allah tentang Terapi Dzikir ini. Sebuah terapi yang sangat manjur, aman dan ampuh hampir untuk semua masalah kehidupan manusia, demikian pengalaman kami setelah mempraktekkan dan mempelajari lebih dalam teknik terapi Dzikir ini secara ilmiah yang kami sebut Model Terapi Dzikir, sehingga siapapun dapat melakukannya tanpa memandang agama karena memang sangat ampuh.


Awal cerita terapi ini, saat kami bertemu dengan korban Tsunami yang sudah 3 hari tidak bisa menutup matanya dan selalu terbelalak di sebuah rumah sakit kota Medan. Jika diminta menutup matanya, dia akan berteriak histeris karena gambaran ombak besar Tsunami langsung muncul di depan wajahnya kembali. Lalu, saya menghubungi NLP Coach saya tercinta yakni Bp Saiful untuk minta panduan. Bp Saiful minta saya berdoa pada Nabi Isa dan meminta hikmat bagaimana Nabi Isa menyembuhkan orang buta. Saya tidak mengerti maksudnya, tapi saya lakukan saja. Akhirnya saya mendapat "insight" untuk berkomunikasi dengan kelopak mata korban dan mengajaknya berkedip makin pelan sambil menganjurkan kepada dia untuk melakukan Dzikir pasrah dan ikhlas. Akhirnya korban bisa memejamkan matanya dan beristirahat dengan nyenyak.


Rasa penasaran bagaimana proses terapi Dzikir ini bekerja, akhirnya saya belajar kepada pencipta New Code NLP yakni DR John Grinder dan saya bertanya bagaimana cara kerja terapi Dzikir ini menurut ilmu NLP. Hasilnya mengejutkan dan sungguh luar biasa. Salam hormat beliau titipkan pada NLP Coach saya yakni Bp Syaiful atas ide meminta hikmat bagaimana Nabi Isa menyembuhkan orang buta. Menurut John Grinder, korban tersebut melek tapi sebenarnya buta. Karena niat tulus ingin membantu, ternyata proses selanjutnya terjadilah Unconcious to Unconcious Rapport dimana saya me-leading korban tersebut hanya dalam komunikasi Non Verbal (tanpa bicara).


Setelah kejadian ini saya tidaklah terlalu tertarik dengan teknik-teknik terapi karena kuncinya bukanlah teknik tetapi Niat Tulus atau dalam bahasa panduan Guru Spiritual saya saat jadi relawan Aceh di Medan yakni Uskup Agung Medan Mgr Sinaga OFM "Berikan Hatimu, Maka Engkau Akan Temukan Jawabannya Disana". Terima kasih Guru!


Selain Ampuh Dahsyat, terapi ini juga Aman karena dengan unsur Spiritual menjadi dasar terapi, Insyah Allah segala "keinginan daging" dan niat lainnya sebagai manusia biasa yang mungkin saja bisa khilaf, bisa terkendali dan terjaga. Dengan Pasrah & Ikhlas biarlah Allah bekerja dalam proses terapi ini. Kita sebagai manusia hanyalah sarana atau saluran saja.


Proses model terapi Dzikir ini akan saya tuangkan dalam bahasa sehari-hari di artikel ini agar jadi mudah dan sederhana sehingga Andapun bisa lakukan apapun agama Anda, baik untuk diri Anda sendiri ataupun Anda bisa menolong orang lain.


Kunci keberhasilan terapi ini adalah:

1. Pasrah & Ikhlas kepada Sang Pencipta yaitu ALLAH.

2. Miliki KEYAKINAN bahwa tidak ada satupun ciptaan ALLAH di dunia ini yang bisa mengalahkan ALLAH yang menciptakannya.

3. Miliki KEYAKINAN bahwa manusia adalah ciptaan ALLAH yang paling MULIA.


Berikut proses tahapan model terapi Dzikir ini:

1. Pilih posisi yang nyaman untuk Anda: duduk di kursi, bersila. kalo sedang sakit posisi tiduran atau bagi Anda yang Muslim baik sekali kalau Anda memilih posisi seperti Anda Sholat.

2. Tenangkan diri Anda sampai nyaman.

3. Lalu mulailah Anda menyebut kata atau kalimat dalam hati dengan tenang secara perlahan (saya sebut saja aktifitas ini dengan kata Model Dzikir karena belum menemukan kata lain yang pas), yang sesuai iman keyakinan Anda, misalnya jika Anda Muslim silahkan Anda ber-Dzikir. Jika Anda beragama Budha, Anda boleh gunakan Mantra Budha, Liam Kheng. Jika Anda beragama Katolik, Anda boleh gunakan Doa Salam Maria, Doa Jesus atau yang lainnya. Pilihlah yang sesuai dengan hati Anda saja.

4. Setelah beberapa waktu, sambil tetap ber-Model Dzikir mulailah Anda melakukan teknik nafas berikut:

a. Tarik nafas perlahan.

b. Buang nafas melalui mulut sebanyak-banyaknya sampai posisi Anda membungkuk tunduk jika Anda memilih posisi duduk atau posisi bersujud jika Anda memilih posisi seperti Sholat, usahakan dahi Anda menyentuh tanah (baca: lantai). Terus buang nafas Anda sampai perut dan paru-paru sangat kempis. Dalam posisi sujud dengan kepala tetap menyentuh tanah, boleh juga menahan nafas beberapa saat.

c. Terus lakukan a dan b sampai Anda merasa sangat nyaman dan lega.


Catatan:

1. Jika ada muncul rasa apapun, gambaran masa lalu atau suara masa lalu yang tidak nyaman, Pasrah saja, terima saja atau lepaskan saja dengan Ikhlas. Jika ingin menangis, menangislah, biarlah semua perasaan Anda keluar dan biarkan beban Anda terlepas. Bebaskan diri Anda dari segala beban yang mungkin tersimpan di dalam diri. Kuncinya pasrah, pasrah dan pasrah. Ikhlas, ikhlas dan ikhlas. Semoga Anda terbebas dari belenggu-belenggu dan jebakan-jebakan kehidupan ini.

2. Sebagai tahap awal, baik juga Anda minta temani atau bimbingan senior spiritual Anda dalam melakukan model terapi Dzikir ini. Pelajari dulu teknik ini dan sesuaikan dengan diri Anda.

3. Anda boleh terus lakukan terapi ini kapanpun Anda merasa perlu sampai Anda merasa diri Anda damai, sejuk dan indah.


Yang terpenting adalah setelah Anda makin mahir dalam melakukan model terapi Dzikir ini dan Anda merasa mendapatkan manfaat untuk diri Anda sendiri, mohon bantu dan ajarkan ke orang lain teknik terapi ini agar makin banyak orang mendapat manfaat dari model terapi Dzikir yang Ampuh Dahsyat & Aman ini. Sungguh indah & bijak untuk tidak menerima bayaran jika Anda menolong orang lain dengan menggunakan teknik ini, lakukan saja dengan ikhlas. Kami mendapat ilmu ini dengan cuma-cuma dari Allah, selama ini kami membagikannya kepada orang banyak dengan cuma-cuma pula, baiknya Andapun membagikannya kepada orang lain dengan cuma-cuma pula.


Catatan akhir:

Dengan segala kerendahan hati, mohon masukan/komentar/saran Anda jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki, ditambah dan dikurangi agar ilmu model Terapi Dikir Islami yang Ampuh Dahsyat ini menjadi lebih baik dan lebih baik, sehingga dapat bermanfaat baik untuk semua umat manusia. Silahkan email ke: krishnamurti@indo.net.id


Sungguh hidup ini indah dan sungguh Allah Maha Besar.


Tabik sujud di kaki Anda semua dan mohon maaf jika ada hal yang belum sempurna. Saya hanya niat bebagi, mohon dilengkapi dan dibimbing. Ya, Allah jika Engkau berkenan, semoga teknik model terapi Dzikir ini berguna untuk semua umat manusia.


Ya, Allah biarlah nama Engkau semakin besar dan biarlah aku tetap menjadi debu.

Krishnamurti

CARA CEPAT MOTIVASI DIRI

26 Maret 2007
Waidi Akbar, Cert.NLP



Banyak cara untuk memotivasi diri, dari mengikuti pelatihan dan seminar motivasi hingga pergi ke dukun. Dalam NLP ada cara praktis dan cepat untuk memotivasi diri.


1. Duduk dengan tenang di atas kursi

2. Putuskan apa yang Anda inginkan

3. Lihat ke kiri bawah (bola mata ke kiri bawah), dan bayangkan seandainya Anda bisa mencapai apa yang Anda inginkan, seperti apa kondisinya?

4. Break state (berhenti sejenak)

5. Sekarang pindahkan bola mata Anda ke kanan atas dan lihat seolah-olah Anda sedang menonton filem Anda sendiri tentang keberhasilan Anda (apa yang Anda inginkan).

6. Buatlah gambar keberhasilan Anda menjadi besar (bola mata masih kanan atas), dan mendekat, berwarna dan lebih terang, sampai gambar (filem) tadi berdampak positif pada diri Anda.
7. Pindahkan bola mata ke kanan bawah –arah kepala menyesuaikan—dan masuk ke dalam gambar (filem) tadi, rasakan apa yang Anda rasakan dan dengarkan apa yang Anda dengarkan. Perasaan ini adalah perasaan kesuksesan Anda kelak.

PENGERTIAN DAN DEFINISI NLP

04 April 2007
Waidi Akbar, Cert.NLP



Awalnya karena saya suka berwisata intelektual melalui membaca buku-buku sosial budaya, politik, filsafat, manajemen kontemporer, buku-buku motivasi dan dunia pikiran. “Wisata intelektual” saya itu sempat singgah sejenak karena ada istilah NLP. Setelah saya dalami, saya nikmati, apa yang dibahas disana khususnya tentang motivasi dan pengembangan diri, saya merasa bahwa saya termasuk pelaku NLP alami. Sebagian sudah saya jalankan, meski pun waktu itu saya belum mengenal ilmu ini.


Saya merasa tertarik untuk mendalaminya. Saya coba browsing di internet. Ternyata ilmu ini sudah berkembang pesat di Amerika, Eropa, Australia dan Asia. Di Indonesia masih sangat terbatas. Belum banyak berkembang. Gayung bersambut, universitas tempat saya bekerja melalui program pengembangan SDM memberikan kesempatan saya untuk mengikuti pelatihan NLP di Sydney Australia (2005).


Apakah NLP itu? NLP berawal dari tesis seorang mahasiswa, Richard Bandler, dengan profesornya, John Grinder pada tahun tujuh puluhan. Bandler ingin menjawab sebuah pertanyaan mendasar: kenapa seseorang bisa sukses sementara orang lain tidak? Setelah melakukan penelitian secara intens-sistematis, mereka menemukan sebuah jawabannya. Ternyata, orang-orang sukses dalam meraih keberhasilannya memiliki perilaku yang nyaris sama dalam hal strategi-strateginya. Kesemua strategi itu akhirnya dapat dikodifikasikan dan dimodelkan yang pada gilirannya dapat ditiru (dimodel) oleh orang lain yang ingin sukses.


Ada tiga istilah yang harus saya jelaskan secara harfiah. Neuro, berarti sel syaraf otak. Dalam konteks ini, bagaimana sel-sel tersebut mencatat atau merekam informasi di sekitas kita setelah mendapatkan stimulus. Menurut para ahli neuro science, sel syaraf otak kita menerima 4 juta item informasi per detiknya. Informasi itu masuk ke dalam alam pikir kita melalui peran sel-sel syaraf atau akson.


Menurut Pasiak (2204) dalam otak manusia terdapat akson yang berfungsi sebagai pemberi pesan dalam tubuh kita. Akson setelah menerima stimulus dari luar dan diproses melalui dua cara:1) sinyal listrik dan 2) sinyal kimiawi (neurotransmitter). Dengan proses listrik dan biokimiawi inilah informasi yang jumlahnya jutaan itu dicatat dan direkam. Sangat kompleks yang kita rekam, dari apa yang kita lihat, dengar, dan raba/pegang hingga apa yang kita baui dan kita rasakan melalui panca indera. Dengan kata lain, neuro berarti bagaimana sel-sel syaraf otak menerima informasi.


Semua yang kita sensing melalui panca indera itu, pencatannya membutuhkan kebahasaan (linguistic) sebagai alat bantu. Inilah unsur kedua dari pengertian harfiah NLP, yakni linguistic. Tanpa bahasa otak kita tidak bisa mereprentasikan, tidak bisa menggambarkan apa kita alami. Contoh betapa bahasa akan memudahkan kita untuk merepresentasikan sesuatu peristiwa agar pikiran mudah mencatat/merekamnya. Katakanlah Anda mengalami sebuah peristiwa makan pagi misalnya. Tentunya Anda dapat melihat (potret makan pagi) dalam pikiran Anda. Anda juga dapat merasakannya: enak, menyenangkan, membauinya dan mendengarkan tegukan air minumnya.


Semuanya itu tercatat/terekam dengan baik. Gambaran mental, imej terhadap peristiwa makan pagi, masih tercatat dengan baik. Namun problem muncul kemudian ketika Anda ingin menceritakan peristiwa yang menyenangkan itu kepada orang lain. Anda tidak akan bisa menceritakan ulang tanpa bantuan bahasa. Bahasa dengan demikian, satu sisi mempermudah bagaimana pikiran merepresntasikan sebuah peristiwa (representasi internal); pada sisi lain mempermudah bagaimana menceritakan ulang peristiwa tersebut kepada orang lain.


Setelah manusia secara neurologis dapat mengambil informasi, dan melalui bahasa manusia dapat merepresentasikan/mengomukasikannya ke orang lain; manusia dengan akal sehatnya dapat membuat sebuah rencana atau program-program tertentu agar kualitas hidupnya meningkat (sukses). Inilah yang disebut programming dalam NLP. Program-program ini juga tidak lepas dari peran bahasa.


Programming berarti mengacu sebuah rencana tindakan, strategi atau pola perilaku (pattern). Hampir semua tindakan atau aktifitas dapat dipolakan atau diprogramkan. Makan pagi, belajar, bekerja rutin nyaris membutuhkan pola-pola tindakan yang menjadi kebiasaan. Perilaku merokok pun ada pola tindakannya dimulai dari: membeli rokok,membuka, menyulutnya, menghirup dan merasakan kepulan asapnya, buang abu ke asbak hingga membeli lagi bila sudah habis.


Semua pola tindakan yang sudah membiasa, hampir tidak pernah kita kritisi lagi. Apakah pola tindakannya itu, programming-nya itu, dapat mengantarkan pelakunya ke tingkat kehidupan yang lebih baik, atau justru menjerumuskannya. Kebiasaan merokok, programming pikiran yang disebut merokok, nyaris tidak dikritisi lagi apakah justru memberdayakan atau merugikan karena hanya menghasilkan banyak efek negatifnya dari pada efek positifnya.


Programming dapat juga berarti pola pikir yang diaktualisasikan. Bila Anda kebetulan memiliki pola pikir bahwa “bisnis adalah serangkaian tindakan yang penuh resiko”, maka nasib Anda dapat dipastikan tidak akan menjadi seorang pebisnis. Pola pikir, yang dalam NLP disebut programming akan menentukan nasib si pemilik program itu. Bila saya memiliki program bahwa “menulis adalah serangkaian tindakan yang mengasyikkan” maka nasib saya hari ini menjadi penulis.


Programming, merupakan pemandu tindakan menuju hasil. Bila saya memogram pikiran saya bahwa “hidup adalah serangkaian tindakan yang menggairahkan”, nyaris setiap detik aktifitas saya merasa bergairah dan penuh semangat. Anda pun mulai saat ini dapat memrogram pikiran Anda sesuai dengan apa yang ingin Anda inginkan.


Dari uraian di atas, yakni neuro, linguistic, dan programming, dapat diambil simpulannya (generalisasi)-nya. Neuro mengacu pada peran sel-sel syaraf otak dan fungsinya dalam menerima situmulus (informasi) dari luar. Linguistic, lebih terkait erat dengan peran bahasa sebagai media komunikasi dengan diri sendiri (intra-communication) dan inter-communication. Programming menyangkut soal perilaku yang terpola. Apabila menurut Vygotsky3 bahwa bahasa merupakan mental tool yang berguna untuk mengontruksi pengengetahuan (informasi) dan pengembangan diri, maka NLP (berikut peran bahasa) berarti seperangkat alat untuk mengonstruksi atau memogram pikiran (mental) agar seseorang bisa berkembang dan sukses.


Definisi

Banyak definisi tentang NLP. Ada yang menyebut psikologi ekselensi. Ini tidak lepas karena melalui teknik-teknik NLP seseorang memungkin dirinya akan tumbuh menjadi manusia excellent. Dari tidak tahu potensi dirinya yang tersmipan di pikiran bawah sadar menjadi sadar untuk mengoptimakannya.


Sebagain penulis NLP mendefinisikan sebagai studi tentang subjective experience. Ini terkait dengan pengalaman subjektif atau persepsi subjektif seseorang terhadap suatu peristiwa. Adalah sangat mungkin persepsi subjektifnya seseorang berbeda terhadap peristiwa yang sama. Contohnya, huruf “C” dapat dibaca cekung atau cembung sama-sama benarnya, tergantung sudut pandang pembaca. Satu gelas berisi air setengahnya, dapat dikatakan “setengah isi” atau “setengah kosong”. Masing-masing benar menurut sudut pandang subjektifnya.


Terkait dengan subjective experience, seseorang memandang bisnis sebagai aktifitas yang sangat menyenangkan, sebagaian lagi memandangnya sebagai hal yang memusingkan dan penuh resiko. Peristiwanya sama, yakni bisnis, namun persepesinya berbeda. Perbedaan ini tidak lepas dari nilai-nilai dan kepercayaan (belief) yang dimilikinya sebagai filternya. NLP sangat peduli dengan hal ini, yakni merubah sudut pandang yang keliru atas suatu hal secara ekologis dan nilai-nilai individual.


Sebagian lagi mendefinisikan NLP studi yang mempelajari teknik-teknik untuk merealisasikan program pikiran menjadi kenyataan. Atau mind to real (mind to muscle). Program yang kita rencanakan seringkali tidak jalan, tidak menjadi kenyataan. Hal ini karena apa yang kita programkan, apa yang kita pikirkan, belum sepenuhnya dijalankan oleh tubuh kita. Belum ada sinkronisasi antara program dalam pikiran dengan tubuh sebagai pelaksana. NLP mencoba memberikan teknik-teknik agar pikiran dan tubuh terjadi sinkronisasi. Sebab, sepanjang apa yang kita pikirkan belum membodi, belum menjasi badai biokimiawi yang memungkinkan tubuh menjadi siap melaksanakannya, maka apa yang kita pikirkan sulit untuk direalisasikan.


Dari sekian definisi, ada satu definisi yang menurut saya cukup representatif untuk mamahami apa itu NLP. Coolingwood (2005) mendefinisikannya “ NLP studies the way people take information from the world, how they describe it to themselves with their senses, filter it with their beliefs and value and act on the result”.


Dari definisi Coolingwood tersebut di atas bahwa NLP merupakan studi tentang: Pertama, bagaimana manusia mengabil informasi dari dunia sekitar melalui interaksi dan stimulus. Hasilnya, yakni sensing melalui apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan diolah oleh cortex dengan neuro-transmiternya, mengubahnya menjadi informasi yang tersimpan di pikiran. Apa yang tercatat dan tersimpan itu disebut representasi internal.


Kedua, bagaimana apa yang sudah direprenatasikan itu dapat dipahami oleh dirinya. Tentunya tingkat pemahamananya sangat subjektif --maka disebut subjective experience—sifatnya menurut tingkat pendidikan, kepercayaan/keyakinan,dan nilai-nilai subjektif lainnya. Menurut hemat saya, tidak saja bagaimana apa yang direpresentasikan itu dapat dipahami oleh diri sendir, tetapi bagaimana dapat dipahami oleh orang lain. Di sinilah pentingnya peran kebahasaan (linguistic). Apa yang Anda alami dalam hidup ini tidak cukup untuk dirinya sendiri tetapi akan lebih bermakna bila dikomunikasikan dengan orang lain melalui bahasa.


Ketiga, bagaimana hasil dari pemahaman itu. Atau bagaimana apa yang direprensentasikan ke dalam pikiran itu menjadi lebih bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Sebuah pengalaman, sebuah pemahaman subjektif bukanlah berakhir pada pemahaman itu sendiri, melainkan kebermanfaatan bagi dirinya dan orang lain jauh lebih penting. Sebuah pengalaman memasak misalnya kurang bermanfaat bila hanya diimpan dalam pikiran sebagai arsip. Namun apa bila dipraktikkan, take action, akan menjadi lebih bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.


NLP sangat peduli dengan “acting on the result”, bukan hanya sekedar memahami dunia di sekilingnya, melainkan bagaimana semua pengalaman yang kita miliki menjadi kekuatan, menuju manusia sukses. Maka tidak heran kalau para ahli NLP menyebut NLP adalah program pikiran menjadi kenyataan, from mind to real. Singkatnya, bagaimana sebuah program pikiran benar-benar mem-body sehingga menjadi perilaku sukses.

Catatan: artikel ini bagian dari buku yang sedang saya tulis “NLPsebagai Teknologi Trasformasi Diri”. Buku NLP lain yang diterbitkan: The Art of Re-engineering Your Mind for Success”, buku “On Becoming A Personal Excellent”, buku “Self Empowering by NLP: Jangan Mau Seumur-umur Dibodohi Diri Sendiri”.
 

Bebas Bayar

Bebas Bayar

Bebas Bayar